Sabtu, 31 Maret 2012

Sejarah Wahaby

Sekilas Tantang Wahabisme Dan Pendirinya Sekte Wahabiyah ini dinisbatkan kepada Muhammad ibn Abdil Wahhab ibn Sulaiman an- Najdi. Lahir tahun 1111 H dan wafat tahun 1206 H. Beliau telah belajar sedikit ilmu agama dari beberapa gurunya termasuk ayahnya sendiri. Disebutkan bahwa dia gemar membaca bertita dan kisah-kisah para pengaku kenabian, seperti Musailamah al Kadzdzâb, Sujâh, Aswad al Ansi dan Thulaihah al Asdi. Sejak masa studinya telah tampak dari gelagatnya penyimpangan besar, sehingga ayahnya dan para gurunya mengingatkan masyarakat akan bahaya penyimpangannya. Mereka bertutur, “Anak ini akan tersesat dan akan menyesatkan banyak orang yang Allah sengsarakan dan jauhkan dari rahmat-Nya!”. Pada tahun 1143.H Muhammad ibn Abdil Wahhab menampakkan ajakannya kepada aliran baru, akan tetapi ayahnya bersama para masyaikh, guru-guru besar di sana berdiri tegak menghalau kesesatannya itu. Mereka menbongkar kebatilan ajakannya. Ajakannya tidak laku, sehingga ketika ayahnya wafat pada tahun 1153 H, ia mulai berleluasa dalan ajakannya. Ia mulai menyuarakan kembali ajakannya di kalangan para awam yang lugu dan tak tau banyak tentang agama, maka sekelompok orang awam menerima ajakannya dan mendukungnya. Atas kelahiran sekte sempalan ini, masyarakat di sana bangkit dan hamper-hampir membunuh Ibnu Abdil Wahhab (penganjurnya). Ia melarikan diri ke kota Al ‘Aniyyah. Di sana ia mendekatkan diri kepada Emir kota tersebut, ia menikah dengan saudari Emir. Di sana ia memulai kembali ajakannya kepada bid’ah yang ia cetuskan itu, tetapi tidak lama kemudian, masyarakat Al ‘Ainiyyah keberatan dengan ajakannya, mereka mengusirnya dari kota tersebut. Ia pergi meninggalkan Al ‘Ainiyyah menuju Ad Dir’iyyah (sebelah timur kota Najd), sebuah daerah yang dahulu ditinggali oleh Musailamah al kadzdzâb yang mengaku-ngaku sebagai nabi itu dan dari kota itulah gerombolan kaum murtaddin berusaha menyerang kota Madinah sepeninggal Nabi saw. Di kota tersebut, ia mendapat dukungan dari Emirnya yaitu Muhammad ibn Sa’ud, dan masyarakat di sana menyambut ajakannya dengan hangat. Ketika itu ia bertingkah seakan seorang mujtahid agung. Ia tidak pernah menghiraukan pendapat para imam dan ulama terdahulu maupun yang sezaman dengannya, sementara itu semua tau bahwa ia sangat tidak layak untuk mensejajarkan dirinya di barisan para ulama mujtahidin. Demikianlah disifati oleh saudara kandunganya, seorang alim besar bermana Sulaiman ibn Abdil Wahhab. Sebagai saudara kandung ia tau persis kondisi saudara tersebut. Syeikh Sulaiman ini telah menulis sebuah buku yang membidas ajakan saudaranya yang sesat dan menyimpang itu. Di antara beliau mengatakan: اليوم ابتلى الناس بمن ينتسب الى الكتاب والسنه ويستنبط من علومهما ولا يبالى من خالفه، ومن خالفه فهو عنده كافر، هذا وهو لم يكن فيه خصله واحده من خصال اهل الاجتهاد، ولا واللّه ولا عشر واحده، ومع هذا راج كلامه على كثير من الجهال، فانا للّه وانا اليه راجعون. Sekarang, orang-orang telah ditimpa bala’ (bencana) dengan seorang yang mengaitkan dirinya dengan Alqur’an dan Sunnah, menyimpulkan dari keduanya, dan tidak menghiraukan sesiapa yang menyelisihinya. Siapa yang menyelisihinya adalah kafir menurutnya. Demikinlah, sementara ia bukan seorang yang menyandang satu dari sekian banyak syarat ijtihad… tidak bahkan sepersepuluh syaratnya pun tidak ia miliki. Namun demikian ucapannya laris di kalngan kaum jahil. Innâ Lilâhi wa Innâ Ilahi Râji’ûn

Dasar Pemikiran Wahabisme Sekte Wahhabiyah memiliki dasar doqma ajaran yang dinyatakan dan dasar yang tersembunyi. Dasar yang dinyatakan adalah memurnikan tauhid hanya untuk Allah SWT., memerangi syirik dan berhala-berhala/sesembahan selainAllah. Akan tetapi realita sepak terjang sekte ini tidak mencerminkan sedikitpun dasar yang mereka nyatakan, seperti akan Anda saksikan nanti. Adapun dasar yang tersembunyi ialah merobek-robek kasatuan Umat Islam, membangkitkan fitnah dan mengobarkan peperangan di antara sesame mereka demi kepentingan para penjajah Barat. Ini adalah poros yang seluruh upaya dan usaha kaum Wahhabi bergerak untuknya sejak awal pembentukannya hingga hari ini. Inilah dasar sesungguhnya sekte ini yang untuknya dasar pertama yang dinyatakan dieksploitasi demi merayu kaum awam yang lugu dan kosong pamahaman agama mereka. Tidak diragukan lagi bahwa slogan memurnikan Tauhid hanya untuk Allah SWT. dan memerangi kemusyrikan adalah slogan yang sangat menawan dan memikat, di bawah slogan itu mereka yang telah terjaring aliran akan bersemangat, sementara itu mereka tidak memahami bahwa slogan itu hanya sekedar kedok demi merealisasikan tujuan awal yang disembunyikan itu. Para peneliti sejerah aliran Wahhabiyah telah membuktikan bahwa ajakan ini telah dibentuk atas perintah langsung Kementrian urusan Penjajahan Kerajaan Inggris. Sebagai contoh baca buku Pilar-pilar Penjajahan tulisan Khairi Hammâd, Tarikh Najd tulisan Lison John Philippi yang menyamar dengan nama Abdullah Philippi serta Wahhabiyah Naqdun wa Tahlîl tulisan Hamayun Hamta. 

MURSYID MUDI HOME ZAHROEL.COM PASANG IKLAN GRATIS DOWNLOAD KONVERSI TANGGAL HIJRIAH/MASEHI ENTRI POPULER Paman- Paman Nabi Muhammad Saw. HUKUM ISLAM TENTANG POLIGAMI DAN DALIL-DALILNYA Profil KH.Sirajuddin Abbas Download Kamus Arab-Indonesia Al Munawir Digital Hukum alat musik dalam perspektif Syara`(agama) KOMENTAR TERAKHIR bila kita tidak mengkasadkan harus membaca terus m... apabila dalam menuntaskan hajat membaca yasin(41 k... syukron atasa jawabin jih tgk..... bila tidak mengtakan harus dibaca secara beringi-i... assalamualaikum..............tgk yg dirahmati alla... LABEL Anti Wahaby (21) bahsul masael (9) Baitulllah (9) Buku Karya Ulama (5) Download (16) fiqh (17) Kata-kata mutiara (1) kisah para dermawan (1) kitab Balaghah (2) kitab gratis (3) LPI MUDI MESRA (1) Manaqib shalihin (15) Membongkar Pemikiran Dan Kepalsuan Ajaran Salafy/Wahaby (10) Mesjid (8) tarikh (5) tasawuf (1) Tauhid (5) Terjemah Kitab Ta`limul Muta`allim (4) KOMPLEK LPI MUDI MESRA SAMALANGA Di lihat dari atas gedung STAI AL Aziziyah WEB ASWAJA Belajar Ilmu Nahwu Shorof Tata Bahasa Arab Online Kenapa saya keluar dari salafy / WAHHABY ? BAHRUS SHOFA Ribath Nurul Hidayah Teks dan Lirik Solawat Toko Buku Online Al-Barokah ANEUK LENPIPA Abu Salafy Kaum Sarungan Mereka Bicara Salafy & Wahabi Sabilur_Rosyad ISLAM ASWAJA JEJAK NAHWU & SHOROF Majalah-alkisah UMMATI PRESS Pustaka Aswaja islamic school of mudi mesra Taman Habaib Zahroel.com ojie weblog Barry - Nu's Blog Pondok Pesantren Sidogiri Online موقع الصوفية Hakikat Kitabevi الوهابية: فضائح الوهابية.                                 sabtu, 23 april 2011 Sejarah Wahhabiyah (3) Share Pilar Pemkiran Aliran Wahhabyiah Kaum Wahhabi membagi akidah menjadi dua bagian: Pertama, yang datang dalam Alqur’an dan atau Sunnah. Mereka mengklaim bahwa bagian ini mereka ambil dari dasar Alqur’an dan Sunnah tanpa berujuk kepada ijtihad para mujtahidin dalam memahami maknanya, baik dari kalangan Sahabat, Tabi’in atau para imam mujtahidin lainnya. Kedua, apa-apa yang tidak ada nash yang datang tentangnya. Di sini mereka mengklaim mengambilnya dari pemahaman Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyah. Akan tetapi dalam kedua perkara ini mereka mengalami kegagalan, mereka terjatuh dalam kontradiksi dan akhirnya menerjang hal-hal yang terlarang. Sebagai contoh: 1) Mereka sangat Letaralis. Mereka beku dan terpaku atas makna-makna yang mereka fahami dari zahir sebagian nash, karenanya mereka menyalahi dasar-dasar, ushûl dan ijma’. Dari sini Syeikh Muhammad Abduh menyifati mereka dengan, “Sangat sempit kesabaran dan kreatifitasnya, sesak dadanya dibanding kaum muqallid, mereka berpandangan wajib hukumnya mengambil makna lahiriyah yang difahami dari teks yang datang dan mengikat diri dengannya tanpa memperhatikan apa yang ditetapkan oleh dasar-dasar yang atasnya agama ini ditegakkan.” 2) Mereka menyalahi Imam Ahmad. Pada kenyataannya, mereka telah nyata-nyata menyalahi Imam Ahmad dalam hal pengkafiran sesiapa yang menyalahi mereka, sementara itu mereka tidak menemukan pada fatwa-fatwa Imam Ahmad yang dapat dijadikan dasar untuk keyakinan mereka tersebut. Bahkan sebaliknya, prilaku hidup dan fatwa-fatwa Imam Ahmad bertolak belakang dengan mereka. Beliau tidak mengafirkan ahli Kiblat (kaum Muslim) karena sebab dosa, baik dosa besar atau kecil kecuali sengaja meninggalkan shalat. Selain itu mereka juga tidak menemukan pada Ibnu Taimiyah sesuatu yang dapat menjadi bukti kebenaran akidah mereka (tentang pengafiran), bahkan yang datang dari Ibnu Taimiyah adalah bertolak belakang dengannya. Ibnu Taimiyah berkata: إنَّ مَنْ وَالىَ مُوافِقِيْهِ وَعادَى مُخَالفيه، وفرق جماعه المسلمين، وكفر وفسق مخالفيه فى مسائل الاراء والاجتهادات، واستحل قتالهم، فهو من اهل التفرق والاختلاف. “Sesiapa yang mencintai teman-teman satu pendapat, memusuhi yang menyalahinya, memecah belah jama’ah kaum Muslim, mengafirkan dan menuduh fasik mereka yang menyelisihinya dalam masalah-masalah pandangan dan rana ijithad serta menghalalkan memerangi mereka maka ia tergolong ahli tafarruq dan ikhitlâf (pemecah belah umat dan pengobar perselisihan).” Dengan demikian kaum Wahhabi –sesuai fatwa Ibnu Taimiyah- adalah kaum pemecah belah umat dan pengobar perselisihan! 3) Akidah Wahhâbiyah dalam masalah hukum menziarai makam-makam (kuburan). Akidah Wahhâbiyah dalam masalah hukum menziarai makam-makam (kuburan). meniscayakan harus dikafirkan dan dimusyrikkannya Imam Ahmad ibn Hanbal dan sesiapa yang menyetujui pendapatnya! Dan darah-darah mereka adalah halal untuk dicucurkan dan harta-harta mereka adalah halal untuk dirampas! Ibnu Taimiyah telah menukil bahwa Imam Ahmad ibn Hanbal telah menulis satu juz tentang ziarah makam Imam Husain as. Di Karbala’, apa yang harus dilakukan oleh peziarah. Ibnu Taimiyah berkata: ان الناس فى زمن الامام احمد كانوا ينتابونه، اى يقصدون زيارته. “Sesungguhnya manusia di zaman Imam Ahmad senantiasa mendatangi makam Husain.” Sementara dalam akidah kaum Wahhâbiyah mengadakan perjalanan ke makam-makam dengan tujuan menziarainya adalah syirik yang karenanya pelakunya berhak dihalalkan darah dan hartanya! Maka dengan dasar akidah tersebut, Imam Ahmad dan kaum Muslimin yang hidup sezaman atau sebelum dan sesudahnya yang berpendapat bahwa praktik tersebut adalah mustahab adalah halal darah dan harta mereka! Bahkan dapat disimpulkan dari keyakinan mereka bahwa seluruh umat Islam itu kafir dan musyrik!! Dan tidak terkecuali para sahabat Nabi saw. juga. Lalu atas dasar apa kaum Wahhâbiyah itu mengaku sebagai pengikut dan pewaris mazhab Imam Ahmad ibn Hanbal?! 4) Hal yang sama juga berlaku pada keyakinan Wahhâbiyah tentang memohon syafa’at dari Nabi saw. Dalam pandangan Wahhâbiyah, memohon syafa’at dari Nabi saw. Setelah wafat beliau adalah syirik. Dan sesiapa yang mengatakan; “Wahai Rasulullah berilah aku syafa’atmu!” maka ia telah syirik akbar, terbesar, karena –dalam anggapan Wahhâbiyah- orang tersebut telah menjadikan Nabi saw. Sebagai arca yang disembah selain Allah. Karenanya ia kafir dam musyrik, darah dan hartanya halal! Padahal telah tetap dalam hadis shahih bahwa banyak dari sahabat dan tabi’în yang melakukannya. Ibnu Taimiyah pun telah menshahihkannya dari banyak jalur periwayatan. Ia meriwayatkannya dari al Baihaqi, ath Thabarâni, Ibnu Abi ad Dunya, Ahmad ibn Hanbal dan Ibnu as Sunni. Kendati kemudian ia tetap bersikeras meyakini pendapatnya dan menyelisihi hadis shahih. Namun demikian Ibnu Taimiyah tidak menganggapnya sebagai syirik, seperti yang diyakini kaum Wahhâbiyah!! Lebih lanjut baca az Ziyârah; Ibnu Taimyah:7/101-106) Maka atas dasar akidah kaum Wahhâbiyah itu, para sahabat dan tabi’în adalah telah kafir dan menyekutukan Allah dan tentunya wajib dibunuh!! Dan tidak hanya mereka yang dihukumi kafir oleh kaum Wahhâbiyah, akan tetapi, orang-orang lain pun yang telah sampai kepada mereka praktik para sahabat dan tabi’în tersebut dalam memohon syafa’at dari Nabi saw. Kemudian tidak mengingkarinya dan tidak mengafirkan mereka, maka ia juga kafir!!! Darah dan hartanya halal! Dengan demikian, siapa yang akan selamat dari vonis kafir oleh kaum Wahhâbiyah!! Lalu siapakah sebenarnya Salaf panutan mereka itu, jika para sahabat dan tabi’în (yang merupakan generasi keemasan) telah mereka kafirkan?!




Tidak ada komentar:

Posting Komentar